Beberapa Aplikasi Ojek Online yang Bangkrut di Indonesia
Hello Sobat Ruangojol.com!
Industri ride-hailing atau transportasi online pertama kali muncul di Indonesia dan langsung disambut baik oleh masyarakat. Proses pemesanan yang praktis, membuat mobilitas menjadi lebih efektif dan efisien.
Banyak pemain lokal mencoba peruntungannya di pasar ride-hailing.Namun, sayangnya banyak yang sudah gulung tikar. CNBC Indonesia merangkum beberapa pemain ride-hailing yang bangkrut dan tutup.
10 Aplikasi Ojek Online yang Bagkrut
1. Topjek
menjadi salah satu aplikasi ride-hailing yang tidak bisa bertahan meski awalnya menjanjikan. Mereka menawarkan tarif murah tanpa promo dan fitur chat room yang belum ada di aplikasi Gojek dan Grab saat itu. Namun, Topjek harus tutup.
2. Calljack
merupakan aplikasi ride-hailing lokal asal Yogyakarta. Layanan mereka sama dengan Gojek dan Grab, dengan dua opsi layanan Calljack dan O'Jack. Namun, nama mereka hilang bak ditelan bumi.
3. LadyJek
adalah salah satu ride-hailing yang menggemparkan karena menjadi ojek online dengan pengemudi wanita untuk kaum wanita. Dengan hampir 3.300 pengemudi, LadyJek terlihat sukses saat itu. Namun, akibat keterbatasan modal, mereka juga harus gulung tikar.
4. Ojekkoe
sempat memiliki 500 orang mitra pengemudi, sebelum akhirnya tidak aktif. Padahal, Ojekkoe menjadi ride-hailing yang dirilis sebagai bagian dari tugas akhir pendirinya, Katon Muchtar. Layanan mereka hanya memungut biaya minim Rp 2.500 per hari untuk mengantar penumpang.
5. Bangjek
adalah aplikasi yang melayani beragam kebutuhan seperti transportasi online dengan motor dan mobil, antar-jemput pelanggan, pesan makanan, pengiriman paket, bahkan online shop. Sayangnya, layanan ini tampak sudah terbengkalai.
6. Uber
salah satu aplikasi ride-hailing yang cukup populer, angkat kaki dari Asia Tenggara, termasuk Indonesia pada 2018. Sejak itu, mereka menjual seluruh bisnis kepada Grab, sehingga mitra pengemudi Uber banyak yang berpindah ke platform Grab atau bahkan Gojek.
7. Blujek
adalah saingan terbesar Gojek dan Grab yang akhirnya gulung tikar. Berbeda dengan kedua ride-hailing tersebut, Blujek mengenakan warna biru dan memiliki armada cukup besar saat itu.
8. OjekArgo
sudah tidak aktif sejak 2017. Pelanggan yang membutuhkan layanan ride-hailing ini hanya perlu menginstal aplikasi tanpa perlu mendaftarkan diri atau membuat akun di aplikasinya.
9. Ojesy
adalah layanan transportasi online yang khusus melayani penumpang perempuan dan anak-anak. Berasal dari Surabaya, Ojesy didirikan oleh Evilita Adriani dan Reza Zamir pada 10 Maret 2015. Namun, Ojesy harus tutup pada 2019 lalu.
10. Omjek
tidak hanya melayani kebutuhan transportasi online, tetapi juga pembayaran online. Beroperasi di Pangkalan Banteng, Kalimantan Tengah, Omjek akhirnya harus tutup karena tak mampu bersaing dengan pemain besar.
Faktor Bangkrutnya Ojek Online
Nah, Sobat Ruangojol.com, seperti yang bisa kita lihat dari daftar pemain ride-hailing yang bangkrut di atas, ternyata tidak mudah untuk bertahan di industri ini. Banyak faktor yang dapat mempengaruhi kesuksesan sebuah perusahaan ride-hailing, mulai dari persaingan dengan pemain lain, regulasi pemerintah, hingga kondisi ekonomi yang tidak stabil.
Seiring dengan waktu, persaingan antara pemain ride-hailing semakin ketat. Ada banyak perusahaan yang mencoba untuk masuk ke pasar ini, dan semakin banyak pemain, semakin sulit untuk mendapatkan pangsa pasar yang cukup besar untuk bertahan hidup.
Tak hanya itu, persaingan juga semakin sulit dengan munculnya perusahaan-perusahaan ride-hailing asing yang memiliki modal dan teknologi yang lebih besar.
Regulasi pemerintah juga mempengaruhi industri ride-hailing. Beberapa aturan baru yang dikeluarkan oleh pemerintah, seperti pembatasan jumlah pengemudi dan peraturan mengenai tarif, dapat berdampak negatif pada perusahaan-perusahaan ride-hailing, terutama yang masih dalam tahap perkembangan.
Tidak hanya itu, kondisi ekonomi yang tidak stabil juga dapat menjadi faktor yang mempengaruhi keberlangsungan perusahaan ride-hailing. Jika perekonomian sedang mengalami penurunan, masyarakat cenderung lebih hemat dalam mengeluarkan uang untuk keperluan transportasi.
Namun, meski banyak perusahaan ride-hailing yang bangkrut, ada juga beberapa perusahaan yang berhasil bertahan dan bahkan menjadi pemain besar di industri ini. Seperti yang kita ketahui, Gojek dan Grab merupakan dua perusahaan ride-hailing terbesar di Indonesia dan Asia Tenggara, yang berhasil bertahan dan terus berkembang.
Untuk dapat bertahan di industri ride-hailing, sebuah perusahaan harus dapat beradaptasi dengan cepat terhadap perubahan pasar dan memperhatikan kebutuhan pelanggan. Kemampuan untuk menghadapi persaingan yang ketat dan menjaga kualitas layanan menjadi kunci sukses sebuah perusahaan ride-hailing.
Dalam menghadapi tantangan ini, inovasi teknologi juga menjadi hal yang sangat penting. Perusahaan-perusahaan ride-hailing harus dapat mengembangkan teknologi yang lebih canggih dan efisien untuk dapat bersaing dengan pemain lain.
Kualitas aplikasi, fitur-fitur yang inovatif, dan kemudahan dalam penggunaan juga menjadi faktor yang sangat penting untuk menarik minat pelanggan.
Terakhir, marketing dan branding juga sangat berpengaruh dalam kesuksesan sebuah perusahaan ride-hailing. Mereka harus mampu membangun citra yang positif di mata pelanggan dan menarik minat mereka dengan berbagai promosi yang menarik dan efektif.
Kesimpulan
Sobat Ruangojol.com, itulah beberapa faktor yang mempengaruhi kesuksesan dan kegagalan sebuah perusahaan ride-hailing. Semoga artikel ini dapat bermanfaat bagi kamu yang ingin terjun di dunia ride-hailing atau bagi kamu yang ingin lebih memahami industri ini. Sampai jumpa lagi di artikel selanjutnya!